URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT
BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR
Nurhayati[*]
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran urutan pemerolehan morfem terikat bahasa Indonesia
siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur yang
meliputi afiksasi yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Sumber data
penelitian ini adalah tulisan siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo
Gadung Jakarta Timur yang berjumlah 41 tulisan. Data penelitian diperoleh dengan
tes mengarang berdasarkan gambar bersusun. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik penyekoran Metode Skor Kelompok. Temuan
penelitian memperlihatkan bahwa urutan pemerolehan morfem terikat bahasa
Indonesia tulis siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta
Timur ialah urutan morfem terikat berupa afiks yaitu prefiks se- pada urutan pertama, prefiks pe- urutan kedua, prefiks me- dan di- urutan ketiga, prefiks ber- urutan keempat, dan prefiks ter- pada urutan terakhir. Urutan morfem terikat
berupa sufiks yaitu sufiks –kan dan –an berada pada
urutan pertama dan sufiks
–nya
di urutan kedua. Urutan morfem berupa gabungan afiks dan konfiks yaitu me-kan pada urutan pertama, me-i
pada urutan kedua, di-kan pada urutan
ketiga serta konfiks ke-an pada
urutan terakhir.
Kata-kata Kunci: Urutan pemerolehan, morfem
terikat, bahasa Indonesia.
Pemerolehan bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat
menguasai dan menggunakan suatu bahasa yang dipelajari atau bahasa sasaran yang
disesuaikan dengan perkembangannya. Ditinjau dari segi urutannya, pemerolehan
bahasa dapat dibedakan atas pemerolehan bahasa pertama (B1) dan pemerolehan
bahasa kedua (B2).
Pemerolehan
B2 dapat terjadi dengan bermacam-macam cara, pada berbagai usia dan tujuan
serta tingkat kebahasaan yang berbeda.
Proses pemerolehan B2 pada dasarnya menunjukkan persamaan atau kemiripan dengan proses pemerolehan B1. Adapun persamaan antara keduanya mencakup strategi kognitif yang sama, yakni pemelajar mencari keteraturan susunan kata demi kata, bergerak dari permasalahan yang sederhana sampai kompleks dalam hal perkembangan sintaksis, membuat generalisasi bentuk-bentuk leksikal dan morfologis, dan juga menafsirkan apa-apa yang tidak diketahui dengan berdasar pada hal-hal yang sudah diketahui (Mc Laughlin, 1982:223).
Proses pemerolehan B2 pada dasarnya menunjukkan persamaan atau kemiripan dengan proses pemerolehan B1. Adapun persamaan antara keduanya mencakup strategi kognitif yang sama, yakni pemelajar mencari keteraturan susunan kata demi kata, bergerak dari permasalahan yang sederhana sampai kompleks dalam hal perkembangan sintaksis, membuat generalisasi bentuk-bentuk leksikal dan morfologis, dan juga menafsirkan apa-apa yang tidak diketahui dengan berdasar pada hal-hal yang sudah diketahui (Mc Laughlin, 1982:223).
Terdapat
perbedaan antara proses B1 dan B2 yang
berkaitan dengan beberapa aspek seperti aspek linguistik, aspek sosial, serta
aspek psikologis. Penguasaan B1 merupakan suatu proses yang secara tidak sadar
dialami oleh semua orang, namun proses mempelajari B2 merupakan proses
tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus (Edmondson, 1999:35).
Sementara
itu, orang percaya bahwa siswa memperoleh struktur bahasa sesuai dengan yang
diajarkan oleh gurunya. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa bentuk-bentuk
atau struktur-struktur yang lebih awal diajarkan guru kepada siswa ternyata
tidak diperoleh siswa lebih awal. Misalnya, bentuk the third person yang
harus menambahkan –s pada verbnya pada kalimat She likes papayas
atau penggunaan has alih-alih bentuk have dalam kalimat Mary
has a cold (Dulay, Burt,
dan Krashen, 1982:200).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa dapat
menggunakan bentuk-bentuk benar pada latihan kalimat-kalimat atau dialog-dialog
yang dihapal. Akan tetapi siswa tidak menggunakan bentuk yang benar itu dalam
percakapan yang spontan. Dengan demikian, siswa mungkin belajar beberapa
struktur secara sadar tetapi pemerolehan secara tidak sadar akan datang hanya
setelah siswa siap.
Penelitian
terhadap urutan pemerolehan B2 yang
telah dilakukan dalam bahasa Inggris berupa penelitian morfem-morfem gramatikal
bahasa Inggris seperti artikel, kata bantu, kopula, dan preposisi. Sementara
itu penelitian dalam bahasa Indonesia belum banyak dilakukan terhadap urutan
pemerolehan yang serupa.
Pengenalan
morfem sangat diperlukan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
aglutinatif. Jadi afiksasi merupakan salah satu aspek morfologis yang terpenting
dalam bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, siswa perlu menguasai sistem afiksasi
bahasa Indonesia. Bagaimanapun afiksasi merupakan proses pembentukan morfem
yang sulit untuk dikuasai (Long, 2007:2). Masalah afiksasi sering dihadapi oleh
penutur bahasa yang bahasanya termasuk aglutinatif seperti halnya bahasa
Indonesia. Masalah ini timbul karena afiksasi bukan hanya dapat menghasilkan
perubahan suatu morfem melainkan pula dapat mengubah makna morfem itu.
Melalui pengalaman guru yang mengajarkan bahasa Indonesia di
SD diketahui bahwa siswa sering menggunakan morfem terikat bahasa Indonesia
yang dipengaruhi oleh bahasa pertamanya. Hal ini menjadi permasalahan pada siswa.
Sharwood Smith & Kellerman mengemukakan bahwa setiap fenomena transfer,
interferensi, dan peminjaman (borrowing) adalah aspek bahasa yang salah, yang
cenderung terjadi pada siswa dalam pemerolehan bahasa kedua (Pramuniati, 2007).
Penelitian
kecil ini paling tidak dapat memberikan gambaran urutan pemerolehan morfem
terikat bahasa Indonesia siswa kelas IV khususnya di SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung
Jakarta Timur. Pada hakikatnya dari urutan pemerolehan itu dapat diketahui
morfem terikat mana yang telah dikuasai siswa dan mana yang belum dikuasai oleh
siswa.
Yang
menjadi masalah di dalam penelitian ini ialah bagaimanakah urutan pemerolehan
morfem terikat bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum
Pulo Gadung Jakarta Timur yang meliputi afiksasi yaitu prefiks, sufiks,
konfiks, dan infiks. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran urutan pemerolehan morfem terikat bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N
05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur yang meliputi afiksasi yaitu
prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks.
METODE PENELITIAN
Metode
yang dilakukan adalah metode kualitatif yang bercorak deskriptif dengan
mencandrakan data yang diperoleh. Penelitian seperti ini disebut penelitian
deskriptif karena diarahkan untuk mengetahui frekuensi, kecenderungan umum, dan
variasi data (Seliger; 1989:211).
Tidak
ada suatu perlakuan yang disengaja dilakukan untuk terjadinya suatu peristiwa
yang diinginkan. Peristiwa yang diteliti sudah berlaku, sekalipun tidak
diadakan penelitian, artinya telah terjadi proses belajar mengajar mengenai morfem
terikat dalam kalimat bahasa Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Data
penelitian sederhana ini diperoleh melalui tes mengarang yang dilakukan pada
tanggal 8 Juni 2007 kepada siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo
Gadung Jakarta Timur. Siswa kelas IV tersebut berjumlah 41 orang.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data dilakukan dengan teknik penskoran Metode Skor Kelompok (Group Score Method).
Untuk
mempermudah penelitian ini, penulis memodifikasi teknik penskoran Metode Skor
Kelompok yang dilakukan oleh Dulay, Burt, dan Krashen (1982) ke dalam bahasa
Indonesia yang meliputi afiksasi.
Tabel 1 Contoh Penskoran Morfem Bahasa Indonesia
Kategori urutan
pemerolehan
|
Contoh pemerolehan Morfem
|
Skor
|
I.
PREFIKS
A. Prefiks
meN-
a) meng-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
b) mem-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
c) men-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
d) me-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
B. Prefiks ber-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
C. Prefiks di-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
D. Prefiks ter-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
E. Prefiks pe-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
F. Prefiks se-
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
|
mengambil
ngambil, meambil
ambil
membawa
ngebawa, mebawa
bawa
mendatang
ndatang, medatang
datang
melerai
ngelerai, mengelerai,
me lerai
lerai
bertemu
betemu
temu
diambil
diammbil
ambil
terjatuh
tejatuh
jatuh
pengarang
pekarang, pegarang
karang
serumah
serrumah
rumah
|
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
|
II.
SUFIKS
A. Sufiks –
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
B. Sufiks
–an
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
C. Sufiks
–nya
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
|
tanamkan
tanammkan
tanam
tanaman
tanamman
tanam
rumahnya
rumanya
rumah
|
2
1
0
2
1
0
2
1
0
|
III.
Konfiks dan
A. Konfiks
ke- -an
1. tepat
penggunaan
2. keliru
(pengaruh B1/kurang/tambah)
3. tanpa
prefiks
|
kebaikan
kebaikkan, kebaik
baik
|
2
1
0
|
Nilai atau
skor yang telah ada tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan Metode Skor Kelompok. Contoh dalam kalimat:
Aku
melihat layang-layang yang
putus. Kemudian aku kejar, tapi
sayang aku ngeliat banyak anak-anak lain ikut mengejar layangan itu.
Jika siswa menulis setiap morfem
yang memerlukan prefiks me- secara
sempurna seperti melihat dan mengejar, skor totalnya adalah 100. Tapi jika ia
menulis seperti morfem kalimat di atas, cara menghitungnya:
Jadi,
pemerolehan morfem terikat prefiks me-siswa
tersebut adalah 62,5.
Skor yang didapat tersebut akan
bermakna jika diketahui juga skor pemerolehan morfem terikat lainnya. Jika skor
4 morfem terikat lain adalah 100, 92, dan 80, morfem me- berada pada urutan keempat. Sebaliknya, bila skor 4 morfem
terikat lainnya 60, 55, dan 50, morfem me-
berada pada urutan pertama.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dapat dilihat urutan pemerolehan mofem
berupa prefiks, sufiks, kombinasi afiks, dan konfiks. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan urutan pemerolehan prefiks berdasarkan skor pemerolehan siswa kelas
IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur.
Tabel
2 Urutan Pemerolehan Prefiks
No.
|
Urutan
Pemerolehan Prefiks
|
Jumlah
Data yang muncul
|
Skor 2
|
Skor 1
|
Skor 0
|
Skor
Urutan Pemerolehan
|
Urutan Pemerolehan
|
1.
|
se-
|
16
|
16
|
-
|
-
|
100
|
1
|
2.
|
pe-
|
33
|
32
|
1
|
-
|
98
|
2
|
3.
|
me-
|
282
|
271
|
5
|
6
|
97
|
3
|
4.
|
di-
|
62
|
59
|
2
|
1
|
97
|
3
|
5.
|
ber-
|
68
|
62
|
1
|
5
|
92
|
4
|
6.
|
ter-
|
34
|
30
|
1
|
3
|
90
|
5
|
Tabel
di atas menunjukkan bahwa prefiks se-
yang mendapat skor 100 sebagai urutan pertama pemerolehan prefiks bagi siswa
kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur. Prefiks pe- sebagai urutan kedua, prefiks me- dan di- sebagai urutan ketiga, prefiks
ber- dan ter- berturut-turut sebagai urutan keempat dan kelima.
Dari tabel itu dapat diketahui bahwa prefiks me- merupakan prefiks yang paling banyak
muncul dalam tulisan siswa (282) dengan ketidaktepatan penggunaan prefiks yang
tinggi pula.
Dari
temuan terhadap ketidaktepatan itu dapat
diketahui bahwa ternyata ketidaktepatan atau kesalahan itu termasuk kesalahan
interlingual atau kesalahan akibat pengaruh B1. Namun terdapat pula kesalahan
karena ketidaktelitian siswa seperti mejaga
dan mebawa yang seharusnya menjaga dan membawa. Dapatkah kesalahan seperti ini disebut dengan kesalahan developmental yaitu kesalahan yang sama akan terjadi bila
anak belajar bahasa Indonesia sebagai B1. Oleh sebab itu, konstruksi ini
disebut konstruksi transisi sebelum sampai kepada konstruksi yang benar. Tampaknya
perlu dilakukan penelitian sejenis terhadap pengguna bahasa Indonesia sebagai
B1 secara mendalam.
Prefiks
ber-, di-, dan ter- termasuk prefiks yang cukup banyak muncul
dalam karangan siswa namun terdapat kesalahan penggunaannya. Berbeda halnya
dengan prefiks se- yang pada dasarnya
merupakan prefiks yang paling sedikit muncul dalam karangan siswa. Walaupun
frekuensi kemunculannya paling sedikit yaitu hanya 16 kali kemunculan, prefiks se-
digunakan secara tepat oleh siswa. Dengan demikian, prefiks se- menempati urutan pertama pemerolehan
morfem terikat bagi siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung
Jakarta Timur.
Dari hasil penelitian diketahui pula urutan pemerolehan
sufiks siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur.
Urutan pemerolehan sufiks yang dikuasai siswa berturut-turut adalah –kan, -an,
dan –nya. Pada dasarnya terdapat pula
penggunaan sufiks –i namun kemunculannya hanya satu kali. Dengan
demikian, sufiks –i tidak dihitung
sebagai pemerolehan. Hal ini sesuai dengan pandangan Dulay, Burt, dan Krashen (1982)
yaitu paling tidak harus 3 kali muncul sebuah morfem terikat apabila dihitung sebagai pemerolehan. Berikut
adalah tabel urutan pemerolehan sufiks siswa tersebut.
Tabel 3 Urutan Pemerolehan Sufiks
No.
|
Urutan
Pemerolehan Sufiks
|
Jumlah
Data yang muncul
|
Skor 2
|
Skor 1
|
Skor 0
|
Skor
Urutan Pemerolehan
|
Urutan Pemerolehan
|
1.
|
-kan
|
6
|
6
|
-
|
-
|
100
|
1
|
2.
|
-an
|
5
|
5
|
-
|
-
|
100
|
1
|
3.
|
-nya
|
132
|
124
|
-
|
8
|
94
|
2
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa
sufiks –kan dan -an merupakan sufiks yang berada di urutan pertama. Hal itu
disebabkan tidak terdapat kekeliruan walaupun jumlah penggunaannya tidak
banyak. Berbeda dengan sufiks –nya.
Sufiks -nya merupakan sufiks yang
paling banyak muncul (132) namun terdapat pula kekeliruan penggunaannya. Jadi
hasilnya sufiks –nya menempati urutan
ke-2 dalam pemerolehan.
Berbeda dengan prefiks, kesalahan dalam sufiks dapat
tidak ada yang dapat digolongkan ke dalam kesalahan interlingual atau
interferensi dari B1 siswa. Kesalahan sufiks yaitu sufiks –nya bisa jadi kesalahan developmental di mana kesalahan itu akan
terjadi pula apabila anak belajar bahasa Indonesia sebagai B1-nya. Misalnya Pak Hendra memakai kacamata . . .(tanpa
menggunakan sufiks –nya). Kesalahan
ini terjadi memang siswa belum sampai pada tahap itu yaitu dalam rangka tahap
perkembangannya untuk menguasai sufiks –nya.
Dilihat
dari penggunaan sufiks terlihat bahwa frekuensi penggunaan sufiks termasuk
rendah terutama pada penggunaan sufiks –kan
dan –an. Dengan frekuensi penggunaan
yang rendah itu tingkat kekeliruannya pun rendah bahkan tidak ada sama sekali.
Sebaliknya, penggunaan prefiks terutama prefiks me- sangat tinggi namun memiliki tingkat kekeliruan. Dengan
demikian, walaupun tingkat kemunculan atau penggunaannya rendah namun
kekeliruan penggunaannya rendah akan terjadi bahwa urutan pemerolehannya
menempati tempat yang tinggi dalam arti dikuasai oleh siswa. Atau dengan kata
lain, perhitungan skorlah yang menentukan urutan pemerolehan bukan banyaknya
kemunculan morfem terikat dalam karangan siswa.
Berikut disajikan tabel pemerolehan kombinasi afiks dan
pemerolehan konfiks siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung
Jakarta Timur.
Tabel 4 Urutan Pemerolehan Kombinasi Afiks dan
Konfiks
No.
|
Urutan
Pemerolehan Kombinasi Afiks dan
Konfiks
|
Jumlah
Data yang muncul
|
Skor 2
|
Skor 1
|
Skor 0
|
Skor
Urutan Pemerolehan
|
Urutan Pemerolehan
|
1.
|
me-kan
|
56
|
48
|
8
|
-
|
93
|
1
|
2.
|
me-i
|
33
|
28
|
5
|
-
|
92
|
2
|
3.
|
di-kan
|
23
|
19
|
4
|
-
|
91
|
3
|
4.
|
ke-an
|
23
|
16
|
6
|
1
|
83
|
4
|
Tabel
di atas menunjukkan bahwa urutan pemerolehan kombinasi afiks dan urutan
pemerolehan konfiks secara berurut ialah kombinasi afiks me-kan, me-i, di-kan, dan ke-an. Dapat dilihat bahwa semua item di atas memiliki kesalahan
sehingga tidak ada yang mencapai skor urutan 100.
Pada
pemerolehan konfiks ke-an merupakan
pemerolehan terakhir dan hanya memiliki skor
urutan 83. hal ini berarti dari skor urutan yang muncul untuk semua morfem
terikat bahasa Indonesia yang diteliti ini konfiks ke-an yang mendapat skor terkecil. Gejala ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukan oleh Omar (dikutip Long, 2007) bahwa afiksasi yang
paling akhir dikuasai oleh anak ialah konfiks ke-an. Kesalahan dalam kombinasi afiks dan konfiks di dalam
penelitian ini dapat digolongkan kesalahan interlingual dan kesalahan
developmental. Kesalahan interlingual misalnya
. . . kaca mata bapak-bapak itu
dikasihin . dan. . . lalu orang hutan
kepusingan . . . Sementara itu kesalahan developmental contohnya Itu punya pak Hendra.
Dari
pembahasan urutan pemerolehan morfem terikat siswa kelas IV SD N 05 Pagi
Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta Timur di atas dapat digambarkan grafik
berikut ini.
Grafik Urutan Pemerolehan Morfem
Terikat Bahasa Indonesia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa urutan pemerolehan morfem terikat bahasa
Indonesia tulis siswa kelas IV SD N 05 Pagi Jatinegara Kaum Pulo Gadung Jakarta
Timur ialah urutan morfem terikat berupa afiks yaitu prefiks se- pada urutan pertama, prefiks pe- urutan kedua, prefiks me- dan di- urutan ketiga, prefiks ber-
urutan keempat, dan prefiks ter- pada
urutan terakhir. Urutan morfem terikat berupa sufiks yaitu sufiks –kan dan –an berada pada urutan pertama dan sufiks –nya di urutan kedua. Urutan morfem berupa gabungan afiks dan
konfiks yaitu me-kan pada urutan
pertama, me-i pada urutan kedua, di-kan pada urutan ketiga serta konfiks ke-an pada urutan terakhir.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya pengaruh besar terhadap
frekuensi penggunaan suatu morfem terikat dengan skor yang didapat. Hal ini
ditunjukkan oleh semakin jarang suatu morfem muncul dalam karangan siswa,
kemungkinan ketidaktepatan atau
kekeliruan penulisan akan semakin kecil sehingga skor yang didapat akan semakin
besar. Sebaliknya semakin sering morfem terikat itu muncul dalam karangan
siswa, kemungkinan ketidaktepatan atau kekeliruan penulisan morfem terikat itu
semakin besar sehingga skor yang didapat semakin kecil. Jelas hal ini akan berpengaruh
terhadap urutan pemerolehan.
Saran
Informasi
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru terhadap
pengembangan materi untuk meningkatkan pengembangan belajar bahasa yang
natural.
Selain itu, diharapkan dilakukan penelitian sejenis
dengan teknik pengumpulan data baik dari data lisan maupun tulisan. Dengan data
yang diperoleh dari kedua sumber tersebut diharapkan morfem-morfem yang
diharapkan muncul kemungkinan besar akan muncul. Selanjutnya, perlu dilakukan
penelitian terhadap urutan pemerolehan kepada anak-anak yang B1-nya bahasa Indonesia serta kepada orang asing yang
belajar bahasa Indonesia.
DAFTAR ACUAN
Dulay, Heidi; Marina Burt, dan Stephen Krashen.. 1982.
Language Two. New York: Oxford
University Press.
Edmondson, Wilis. 1999. Twelve Lectures on Second language Acquisition: Foreign Language Teaching and Learning
Perspectives. Gunter Narr Verlag Tubingen: Tubingen
Long, Juriah. 2007. Pemerolehan Imbuhan pada
Peringkat Prasekolah dan Implikasinya terhadap Pendidikan Bahasa.
Pramuniati, Isda. Bentuk Urutan Pemerolehan
Klausa Relatif Bahasa Perancis. Diakses dari http://www.apfi-pppsi.com/cadence19/pedagog19-3.htm/
. Diakses pada tanggal 21 Juni 2007.
Seliger, H.W dan E. Shohamy. 1989. Second Language Reasearch Methods.
Oxford: Oxford University Press.
Slobin, D. 1985. The Crosslinguistic Study of Language Acquisition, Vol. 2
Hliisdale: Lawrence Erlbaum.
[*] Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Studi Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya